Tampilkan postingan dengan label Agama Hindu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agama Hindu. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 07 September 2013
Intisari Ajaran Agama Hindu
Alam material fana walaupun mendapatkan
sedikit kesenangan tapi kemudian diikuti dengan penderitaan, penuh dengan
ketidakpastian, bencana, kehilangan, kesedihan, kehinaan, rasa takut, rasa
sakit, rapuh, kotoran, hal-hal yang menjijikkan, penyakit, umur tua, serta
kematian yang bisa datang kapan saja. Hal-hal ini mulai menyadarkan kita untuk
mencari ‘jaminan’ ketenangan dan kebahagiaan abadi di alam Rohani Tuhan bebas
dari penderitaan di alam material.
Dengan kata lain tujuan kelahiran
manusia adalah menyadari adanya Ketuhanan (Atman / Brahman) sebagai diri kita
yang sejati dan hal yang sama untuk seluruh umat manusia dan semua mahluk.
Contoh, beberapa sifat-sifat Atman /
Brahman antara lain adalah kebahagiaan dan cinta. Apabila kita merasakan
kebahagiaan dan cinta yang disebabkan oleh suatu objek, sejatinya objek
tersebut tidak memiliki sifat atau memberikan kebahagiaan/cinta, objek tersebut
(yang hanya sementara) hanya media cermin memantulkan sifat bahagia/cinta yang
sebenarnya merupakan sifat sejati Atman.
Sedangkan ego dan nafsu serta sifat-sifat negative lainnya bukan sifat
Atman.
Secara garis besar ada 4 jalan/cara
untuk melatih kesadaran Tuhan ini yang pada dasarnya meng-eliminasi pengaruh
badan/indra/material yang memunculkan ego dan nafsu.
Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa
(Bhakti Yoga)
Penyerahan diri kepada Tuhan, selalu
ingat /sadar kepada Tuhan, tekun sepenuhnya dengan keyakinan dan cinta bhakti
(cinta bhakti misalnya dengan hubungan Tuhan sebagai Ayah Alam Semesta), dan
menyadari hanya Alam Rohani Tuhan Yang Abadi / kekal dan sebagai tujuan
tertinggi..
Bhagavad-gita 2.49
Wahai Dhananjaya, jauhilah segala yang
menjijikan melalui bhakti dan dengan kesadaran seperti itu serahkanlah dirimu
kepada Tuhan Yang Mha Esa. Orang yang ingin menikmati hasil pekerjaannya adalah
orang pelit.
Bhagavad-gita 8.8
Orang yang bersemadi kepada-Ku sebagai
kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dengan pikirannya senantiasa tekun ingat
kepada-Ku, dan tidak pernah menyimpang dari jalan itu, dialah yang pasti
mencapai kepada-Ku, wahai Partha.
Bhagavad-gita 8.22
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang
lebih agung daripada semua kepribadian lainnya, dapat dicapai oleh bhakti yang
murni. Walaupun Beliau berada di tempat tinggal-Nya, Beliau berada di
mana-mana, dan segala sesuatu berada di dalam Diri-Nya.
Bhagavad-gita 9.22
Tetapi orang yang selalu menyembah-Ku
dengan bhakti tanpa tujuan yang lain dan bersemadi pada bentuk rohani-Ku – Aku
bawakan apa yang dibutuhkannya, dan Aku memelihara apa yang dimilikinya.
Bhagavad-gita 10.10
Kepada mereka yang senantiasa setia
ber-bhakti kepada-Ku dengan cinta kasih, Aku berikan pengertian yang
memungkinkan mereka datang kepada-Ku.
Bhagavad-gita 9.34
Berpikirlah tentang-Ku senantiasa,
jadilah penyembah-Ku, bersujud kepada-Ku dan menyembah-Ku. Dengan berpikir
tentang-Ku sepenuhnya secara khusuk, pasti engkau akan datang kepada-Ku.
Tuhan senang bila engkau menolong dan
melayani sesama manusia (pengabdian / dharmabakti). Kitab-kitab suci telah
menetapkan 9 jalan bhakti, yaitu :
-
mendengarkan kisah-kisah Tuhan (shravanam)
-
menyanyikan kemuliaan Tuhan (kirtanam)
-
mengingat Nama-Nama Tuhan ( Vishnusmaranam)
-
melayani kaki Tuhan yang suci (padasevanam)
-
pemujaan (archanam)
-
sembah sujud (vandanam)
-
pengabdian (dasyam)
-
persahabatan (sneham)
-
pasrah / penyerahan diri kepada Tuhan sepenuhnya (atmanivedanam)
Akan tetapi, jalan pengabdian
(dharmabakti)-lah yang terluhur.
(Sabda Sathya Sai)
———————————————-
Pengorbanan, Yadnya (Karma Yoga)
Ketidakterikatan (tanpa pamrih) dalam
hal kedermawanan, kewajiban, pelayanan sosial, melaksanakan pekerjaan sendiri
(yang baik) dengan sebaik-baiknya, pertapaan (Upawasa), mengorbankan sift-sifat
buruk (mengorbankan sifat-sifat hewani), pengendalian diri dengan tidak
mendengarkan, tidak memikirkan, tidak berkata hal-hal buruk, menjaga lingkungan
dan alam, tidak menyakiti mahluk lain.
Bhagavad-gita 2.61
Orang yang mengekang dan mengendalikan
indria-indria sepenuhnya dan memusatkan kesadarannya sepenuhnya kepada-ku,
dikenal sebagai orang yang mempunyai kecerdasan yang mantap.
Bhagavad-gita 3.13
Para penyembah Tuhan dibebaskan dari
segala jenis dosa karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih
dahulu untuk korban suci. Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan
indria-indria pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja. (Catatan : Baca mantra sebelum makan, misalnya 1 kali
Mantra Gayatri)
Bhagavad-gita 3.19
Karena itu hendaknya seseorang bertindak
karena kewajiban tanpa terikat terhadap hasil kegiatan, sebab dengan bekerja
tanpa ikatan terhadap hasil seseorang sampai kepada Yang Mahakuasa.
Bhagavad-gita 4.27
Orang lain, yang berminat mencapai
keinsafan diri dengan cara mengendalikan pikiran dan indria-indria,
mempersembahkan fungsi-fungsi semua indria, dan nafas kehidupan, sebagai
persembahan ke dalam api pikiran yang terkendali.
Bhagavad-gita 5.29
Orang yang sadar kepada-Ku sepenuhnya,
karena ia mengenal Aku sebagai penerima utama segala korban suci dan pertapaan,
Tuhan Yang Maha Esa penguasa semua planet dan dewa, dan penolong yang
mengharapkan kesejahteraan semua makhluk hidup, akan mencapai kedamaian dari
penderitaan kesengsaraan material.
Bhagavad-gita 16.1
Tidak mencelakakan yang lainnya,
kejujuran, jauh dari rasa amarah, penyerahan total hasil dari
tindakan-tindakannya, kedamaian, tidak mencari-cari kesalahan, rasa sayang
terhadap semua makhluk hidup, kesederhanaan, jauh dari rasa ketidak setiaan.
Bhagavad-gita 17.25
Tanpa menginginkan hasil atau pahala,
hendaknya seseorang melakukan berbagai jenis korban suci, pertapaan dan
kedermawanan dengan kata ‘tat’ (Om Tat Sat). Tujuan kegiatan rohani tersebut
ialah untuk mencapai pembebasan dari ikatan material.
Bhagavad-gita 9.27
Apapun yang engkau lakukan, apapun yang
engkau makan, apapun yang engkau persembahkan atau berikan sebagai sumbangan
serta pertapaan dan apapun yang engkau lakukan-lakukanlah kegiatan itu sebagai
persembahan kepada-Ku, wahai putera Kunti.
Upacara (yadnya) di Bali merupakan
bagian dari Bhakti dan pengorbanan tulus iklas, termasuk saat proses membuat
sarana.
Perempuan Bali sedang melaksanakan salah
satu dari Yadnya
———————————————-
Pengetahuan, Kebijaksanaan (Jnana Yoga)
Akal budi yang berkemampuan
membeda-bedakan (Wiweka), akal budi harus dipergunakan untuk membedakan yang
terbatas dengan yang tak terbatas, yang asli dan yang palsu, yang sementara
dengan yang kekal.
Bhagavad-gita 2.15
Wahai manusia yang paling baik (Arjuna),
orang yang tidak goyah karena suka ataupun duka dan mantap dalam kedua keadaan
itu pasti memenuhi syarat untuk mencapai pembebasan.
Bhagavad-gita 2.48
Wahai Arjuna, lakukanlah kewajibanmu
dengan sikap seimbang, lepaskanlah segala ikatan terhadap sukses maupun
kegagalan. Sikap seimbang seperti itu disebut yoga.
Bhagavad-gita 3.42
Indria-indria yang bekerja lebih halus
daripada alam yang bersifat mati. Pikiran lebih halus daripada indria-indria;
kecerdasan lebih halus lagi daripada pikiran; dan Dia (sang roh ) lebih halus
lagi daripada kecerdasan.
Bhagavad-gita 5.9
Walaupun orang yang sadar secara rohani
sibuk dapat melihat, mendengar, meraba, mencium, makan, bergerak ke sana ke
mari, tidur dan tarik nafas, dia selalu menyadari di dalam hatinya bahwa
sesungguhnya dia sama sekali tidak berbuat apa-apa. Ia mengetahui bahwa
berbicara, membuang hajat, menerima sesuatu, membuka atau memejamkan mata, ia
selalu mengetahui bahwa hanyalah indria-indria material yang sibuk dengan
obyek-obyeknya dan bahwa dirinya (Atman) menyisih dari indria-indria material
tersebut.
Bhagavad-gita 13.30
Orang yang dapat melihat bahwa segala
kegiatan dilaksanakan oleh badan, yang diciptakan oleh alam material, dan
melihat bahwa sang diri (Atman) tidak melakukan apa pun, melihat dengan
sebenarnya.
Diri Kita Yang Sejati (Roh) berbeda
dengan badan material yang boleh dianggap hanya kekosongan / tidak nyata (ingat
benda pada akhirnya adalah atom, elektron, proton dst. yang hanya energi tidak
kasat mata), badan kita bisa dikatakan sama dengan gambaran orang yang ada di
layar televisi atau bioskop, yang hanya pancaran elektron atau sinar, apapun
kejadian yang terjadi di dalam layar televisi.. kita mestinya tidak menganggap
hal yang nyata/benar ada di layar televisi tersebut.
Karena yang nyata hanya Roh Individual
(Atma) dan Brahman (Tuhan), namun Atman pun adalah Brahman, diluar itu yaitu
alam, benda, badan adalah energi semata (energi / tenaga eksternal Tuhan).
Alam material dan badan seperti halnya
bayangan.. seolah-olah ada tapi sebenarnya tidak nyata.
Jadi karena tubuh orang lain saja tidak
nyata apalagi hal-hal yang muncul dari tubuh itu sendiri yaitu pikiran, ego,
suara dan gerak, bisa kita anggap tidak ada untuk mengembangkan / melatih
ketidakterikatan.
———————————————-
Meditasi (Raja Yoga)
Pada praktek Meditasi Transendental pada
dasarnya mengkondisikan fikiran menjadi rileks sehingga mendekati frekuensi
alam semesta tetapi harus dalam keadaan “jaga” yaitu duduk dengan badan tegak.
Dari penelitian jumlah energi yang diperlukan saat duduk meditasi lebih kecil
daripada dalam keadaan berbaring atau tidur.
Saat meditasi pada saat tertentu dicapai nafas yang halus bahkan hampir
tanpa nafas yang berarti saat itu kita mengakses energi kosmis (alam semesta
/Unity Field) sehingga tubuh dan mental kita mendapat energi positif,
memperoleh kesehatan fisik dan mental, mengikis stres, meningkatkan kreatifitas
dan kecerdasan / akal budi, menumbuhkan kesabaran, dll.
Praktek meditasi lain adalah Meditasi
Cahaya yang menggunakan cahaya lilin. Penyebaran kasih yang diajarkan didalam
Meditasi Cahaya yang secara lambat laun kita diangkat di angkat ke level ke
Ilahian bukan egoisme. Meditasi ini
sangat aman dan bisa dipelajari oleh siapapun.
Salah satu inti dari meditasi (dan juga
praktek sembahyang yang lain seperti Japa, Bhajan) adalah sibuk dengan Tuhan
dan melupakan khayal duniawi.
Bhagavad-gita 6.2
Hendaknya engkau mengetahui bahwa apa
yang disebut melepaskan ikatan sama dengan yoga atau mengadakan hubungan antara
diri kita dengan Yang Mahakuasa, wahai putera Pandu, sebab seseorang tidak akan
pernah dapat menjadi yogi kecuali ia melepaskan keinginan untuk memuaskan
indria-indria.
Bhagavad-gita 6.25
Berangsur-angsur, selangkah demi
selangkah, seseorang harus mantap dalam semadi dengan menggunakan kecerdasan
yang diperkokoh oleh keyakinan penuh, dan dengan demikian pikiran harus dipusatkan
hanya kepada sang diri (Atman / Brahman) dan tidak memikirkan sesuatu selain
itu.
Bhagavad-gita 6.26
Dari manapun pikiran mengembara karena
sifatnya yang berkedip-kedip dan tidak mantap, seseorang dengan pasti harus
menarik pikirannya dan membawanya kembali di bawah pengendalian sang diri.
Bhagavad-gita 6.27
Seorang yogi yang pikirannya sudah
dipusatkan pada-Ku pasti mencapai kesempurnaan tertinggi kebahagiaan rohani.
Dia berada di atas pengaruh sifat nafsu, dia menginsafi persamaan sifat antara
dirinya dan Yang Mahakuasa, dan dengan demikian dia di bebaskan dari segala
reaksi perbuatan dari dahulu.
———————————————-
Ke-empat Jalan mencapai kepada Yang Maha
Kuasa (Yoga) tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan tidak bisa
dipisahkan, misalnya seorang praktisi Meditasi
kepada Cahaya Tuhan pada saat yang sama juga sedang melakukan praktek
Bhakti kepada Tuhan. Atau ketenangan
fisik dan mental karena meditasi membantu pelaksanaan yoga-yoga yang lain.
Seorang yang ber-Bhakti kepada Tuhan
mesti juga menolong dan hormat dengan sesama manusia dan mahluk hidup lainnya, serta peduli dengan
lingkungan tanpa pamrih (Karma).
Tanpa menyiangi rumput di ladang dan
menyiapkan tanahnya untuk ditanami, benih yang ditebarkan tidak akan
menghasilkan panen yang baik. Demikian pula tanpa menghilangkan rerumputan liar
egoisme dari dalam dirimu, segala usaha pengamalan spiritual akan sia-sia. Hal
yang penting dipelajari dari Bhakti Yogaialah bahwa engkau jangan hanya
mencintai Tuhan, tetapi juga semua makhluk. Memuja Tuhan di satu pihak, tetapi
di lain pihak merugikan atau menyakiti makhluk lain, tidak dapat dinamakan
pengabdian kepada Tuhan. Hal itu hanya menunjukkan kedunguan seseorang. Orang
semacam itu tidak akan pernah maju dalam bidang spiritual.
Jika engkau ingin dekat Tuhan, engkau
harus mengembangkan sifat suci cinta kasih. Hanya dengan cinta kasih engkau
akan dapat menghayati Tuhan, karena Dia adalah cinta kasih itu sendiri. Jika
engkau ingin melihat bulan tidak perlu memakai lilin atau obor. Cahaya bulan itu
sendiri sudah cukup untuk melihat bulan. Jika engkau ingin melihat Tuhan,
engkau hanya perlu membenamkan dirimu dalam cinta kasih. Penuhilah dirimu
dengan kasih, engkau pasti akan mencapai Tuhan.
(-Bhagavan Sri Sathya Sai Baba – ).
———————————————-
Pada bagian lain, pokok-pokok keimanan
(kepercayaan) dalam agama Hindudibagi menjadi lima bagian yang disebut dengan
Panca Sradha, yaitu percaya adanya Tuhan (Bhagavan, Brahman), percaya adanya
Atman (Diri Kita yang Sejati, Roh Individual), percaya adanya Hukum Karma Phala
(Sebab Akibat), percaya adanya Punarbhawa (Reinkarnasi/ Samsara) dan percaya
adanya Moksa(Kebebasan dari kelahiran dan kematian / Alam Rohani Tuhan /
Kebahagiaan tertinggi / Surga Abadi).
Ilustrasi : Badan (Kereta), Roh Individu
(Penumpang),
Pengendalian Panca Indria (5 Kuda) oleh
Akal Budi/
Kecerdasan (Kusir) melalui fikiran (tali
kendali).
Pengertian dan Tujuan Agama Hindu
Pengertian dan Tujuan Agama Hindu
shiva-hindu-god.jpgAgama sebagai pengetahuan kerohanian yang menyangkut soal-soal rohani yang bersifat gaib dan methafisika secara esthimologinya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata “A” dan “gam”. “a” berarti tidak dan “gam” berarti pergi atau bergerak. Jadi kata agama berarti sesuatu yang tidak pergi atau bergerak dan bersifat langgeng. Menurut Hindu yang dimaksudkan memiliki sifat langgeng (kekal, abadi dan tidak berubah-ubah) hanyalah Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Demikian pula ajaran-ajaran yang diwahyukan-Nya adalah kebenaran abadi yang berlaku selalu, dimana saja dan kapan saja.
Berangkat dari pengertian itulah, maka agama adalah
merupakan kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan kehidupan manusia yang
diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi dengan tujuan untuk
menuntun manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup yang berupa kebahagiaan yang
maha tinggi dan kesucian lahir bathin.
Tujuan agama Hindu yang dirumuskan sejak Weda mulai
diwahyukan adalah “Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharma”, yang artinya bahwa
agama (dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan
hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin. Tujuan ini secara rinci
disebutkan di dalam Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan hidup manusia, yakni
Dharma, Artha, Kama dam Moksa.
Dharma berarti kebenaran dan kebajikan, yang menuntun umat
manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Artha adalah benda-benda
atau materi yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup manusia. Kama artinya hawa nafsu, keinginan,
juga berarti kesenangan sedangkan Moksa berarti kebahagiaan yang tertinggi atau
pelepasan.
Di dalam memenuhi segala nafsu dan keinginan harus
berdasarkan atas kebajikan dan kebenaran yang dapat menuntun setiap manusia di
dalam mencapai kebahagiaan. Karena seringkali manusia menjadi celaka atau
sengsara dalam memenuhi nafsu atau kamanya bila tidak berdasarkan atas dharma.
Oleh karena itu dharma harus menjadi pengendali dalam memenuhi tuntunan kama
atas artha, sebagaimana disyaratkan di dalam Weda (S.S.12) sebagai berikut:
Kamarthau Lipsmanastu
dharmam eweditaccaret,
na hi dhammadapetyarthah
kamo vapi kadacana.
Artinya:
Pada hakekatnya, jika artha dan kama dituntut, maka
hendaknyalah dharma dilakukan terlebih dahulu. Tidak dapat disangsikan lagi,
pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti. Tidak akan ada artinya, jika
artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma.
Jadi dharma mempunyai kedudukan yang paling penting dalam
Catur Purusa Artha, karena dharmalah yang menuntun manusia untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sejati. Dengan jalan dharma pula manusia dapat mencapai Sorga,
sebagaimana pula ditegaskan di dalam Weda (S.S.14), sebagai berikut:
Dharma ewa plawo nanyah
swargam samabhiwanchatam
sa ca naurpwani jastatam jala
dhen paramicchatah
Artinya:
Yang disebut dharma adalah merupakan jalan untuk pergi ke
sorga, sebagai halnya perahu yang
merupakan alat bagi saudagar untuk
mengarungi lautan.
Selanjutnya di dalam Cantiparwa disebutkan pula sebagai
berikut:
Prabhawar thaya bhutanam
dharma prawacanam krtam
yah syat prabhawacam yuktah
sa dharma iti nicacayah
Artinya:
Segala sesuatu yang bertujuan memberi kesejahteraan dan
memelihara semua mahluk, itulah disebut dharma (agama), segala sesuatu yang
membawa kesentosaan dunia itulah dharma yang sebenarnya.
Demikian pula Manusamhita merumuskan dharma itu sebagai
berikut:
“Weda pramanakah creyah sadhanam dharmah”
Artinya:
Dharma (agama) tercantum didalam ajaran suci Weda, sebagai
alat untuk mencapai kesempurnaan hidup, bebasnya roh dari penjelmaan dan
manunggal dengan Hyang Widhi Wasa (Brahman).
Weda (S.S. 16) juga menyebutkan :
Yathadityah samudyan wai tamah
sarwwam wyapohati
ewam kalyanamatistam sarwwa
papam wyapohati
Artinya:
Seperti halnya matahari yang terbit melenyapkan gelapnya
dunia, demikianlah orang yang melakukan dharma, memusnahkan segala macam dosa.
Demikianlah dharma merupakan dasar dan penuntun manusia di
dalam menuju kesempurnaan hidup, ketenangan dan keharmonisan hidup lahir
bathin. Orang yang tidak mau menjadikan dharma sebagai jalan hidupnya maka
tidak akan mendapatkan kebahagiaan tetapi kesedihanlah yang akan dialaminya.
Hanya atas dasar dharmalah manusia akan dapat mencapai kebahagiaan dan
kelepasan, lepas dari ikatan duniawi ini dan mencapai Moksa yang merupakan
tujuan tertinggi. Demikianlah Catur Purusa Artha itu.[]
Tuntunan Dasar Agama Hindu (milik Departemen Agama)
Disusun oleh: Drs. Anak Agung Gde Oka Netra
Pengertian Agama Hindu
Hindu (bahasa Sansekerta: Dharma Sanātana (abadi), juga dikenal sebagai Dharma Vaidika (Veda)) adalah satu agama atau filsafat yang berasal dari subbenua India dan wilayah sekitarnya yang dekat. Agama ini adalah agama tertua yang diketahui di dunia, dan yang tidak memiliki pendiri, kitab, atau kota suci yang utama .. Kitab pertama agama ini adalah Veda dan dengan bertahan waktu, banyak kitab yang lain juga termuncul.
Istilah Hindu mencakup berbagai aliran pikiran dan aliran, serta upacara-upacara amal yang amat berbeda. Banyak penganut Hindu yang dipengaruhi oleh filsafat Advaita bersembahyang kepada berbagai dewa, dan menganggap dewa-dewi ini sebagai penjelmaan-penjelmaan untuk satu Roh Kosmo monistik yang agung (Brahman), sedangkan banyak penganut yang lain berfokus pada satu konsep mufrad untuk Brahman (Tuhan ), misalnya Vaishnavisme, Saivisme dan Syaktisme.
Hindu adalah agama yang ketiga terbesar di dunia, dengan lebih kurang 900 juta penganut (angka 2005). Kira-kira 890 juta dari jumlah itu tinggal di India
Dalam Bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta). Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang terkandung dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) - sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para brahmana. Pada zaman munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda.
Kebanyakan penduduk Bali menerapkan sejenis agama Hindu yang disebut, Agama Hindu atau Hindu Dharma. Agama Hindu di Bali merupakan gabungan unsur-unsur Hindu dan Buddha yang dipadukan dengan kepercayaan asli orang Bali.
Agama Hindu dan Buddha tiba di Bali melalui Pulau Jawa dan juga secara langsung dari negeri India di antara abad ke-8 dan ke-16. Unsur kedua agama tersebut berkembang dan bergabung di Bali. Penggolongan masyarakat ke empat kasta yang dianut masyarakat India juga diterapkan di dalam masyarakat Bali. Masyarakat Bali dibagi menjadi empat kasta: Brahmana, Satriya, Wesya dan Sudra.
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2296036-pengertian-agama-hindu/##ixzz2eE4F61qL
Istilah Hindu mencakup berbagai aliran pikiran dan aliran, serta upacara-upacara amal yang amat berbeda. Banyak penganut Hindu yang dipengaruhi oleh filsafat Advaita bersembahyang kepada berbagai dewa, dan menganggap dewa-dewi ini sebagai penjelmaan-penjelmaan untuk satu Roh Kosmo monistik yang agung (Brahman), sedangkan banyak penganut yang lain berfokus pada satu konsep mufrad untuk Brahman (Tuhan ), misalnya Vaishnavisme, Saivisme dan Syaktisme.
Hindu adalah agama yang ketiga terbesar di dunia, dengan lebih kurang 900 juta penganut (angka 2005). Kira-kira 890 juta dari jumlah itu tinggal di India
Dalam Bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta). Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang terkandung dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) - sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para brahmana. Pada zaman munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda.
Kebanyakan penduduk Bali menerapkan sejenis agama Hindu yang disebut, Agama Hindu atau Hindu Dharma. Agama Hindu di Bali merupakan gabungan unsur-unsur Hindu dan Buddha yang dipadukan dengan kepercayaan asli orang Bali.
Agama Hindu dan Buddha tiba di Bali melalui Pulau Jawa dan juga secara langsung dari negeri India di antara abad ke-8 dan ke-16. Unsur kedua agama tersebut berkembang dan bergabung di Bali. Penggolongan masyarakat ke empat kasta yang dianut masyarakat India juga diterapkan di dalam masyarakat Bali. Masyarakat Bali dibagi menjadi empat kasta: Brahmana, Satriya, Wesya dan Sudra.
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2296036-pengertian-agama-hindu/##ixzz2eE4F61qL