This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Welcome to our website. Neque porro quisquam est qui dolorem ipsum dolor.

Lorem ipsum eu usu assum liberavisse, ut munere praesent complectitur mea. Sit an option maiorum principes. Ne per probo magna idque, est veniam exerci appareat no. Sit at amet propriae intellegebat, natum iusto forensibus duo ut. Pro hinc aperiri fabulas ut, probo tractatos euripidis an vis, ignota oblique.
Ad ius munere soluta deterruisset, quot veri id vim, te vel bonorum ornatus persequeris. Maecenas ornare tortor. Donec sed tellus eget sapien fringilla nonummy. Mauris a ante. Suspendisse quam sem, consequat at, commodo vitae, feugiat in, nunc. Morbi imperdiet augue quis tellus.

Recent Post

Tampilkan postingan dengan label Agama Hindu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agama Hindu. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 07 September 2013

Intisari Ajaran Agama Hindu

Alam material fana walaupun mendapatkan sedikit kesenangan tapi kemudian diikuti dengan penderitaan, penuh dengan ketidakpastian, bencana, kehilangan, kesedihan, kehinaan, rasa takut, rasa sakit, rapuh, kotoran, hal-hal yang menjijikkan, penyakit, umur tua, serta kematian yang bisa datang kapan saja. Hal-hal ini mulai menyadarkan kita untuk mencari ‘jaminan’ ketenangan dan kebahagiaan abadi di alam Rohani Tuhan bebas dari penderitaan di alam material.
Dengan kata lain tujuan kelahiran manusia adalah menyadari adanya Ketuhanan (Atman / Brahman) sebagai diri kita yang sejati dan hal yang sama untuk seluruh umat manusia dan semua mahluk.
Contoh, beberapa sifat-sifat Atman / Brahman antara lain adalah kebahagiaan dan cinta. Apabila kita merasakan kebahagiaan dan cinta yang disebabkan oleh suatu objek, sejatinya objek tersebut tidak memiliki sifat atau memberikan kebahagiaan/cinta, objek tersebut (yang hanya sementara) hanya media cermin memantulkan sifat bahagia/cinta yang sebenarnya merupakan sifat sejati Atman.  Sedangkan ego dan nafsu serta sifat-sifat negative lainnya bukan sifat Atman.
Secara garis besar ada 4 jalan/cara untuk melatih kesadaran Tuhan ini yang pada dasarnya meng-eliminasi pengaruh badan/indra/material yang memunculkan ego dan nafsu.
Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa (Bhakti Yoga)
Penyerahan diri kepada Tuhan, selalu ingat /sadar kepada Tuhan, tekun sepenuhnya dengan keyakinan dan cinta bhakti (cinta bhakti misalnya dengan hubungan Tuhan sebagai Ayah Alam Semesta), dan menyadari hanya Alam Rohani Tuhan Yang Abadi / kekal dan sebagai tujuan tertinggi..
Bhagavad-gita 2.49
Wahai Dhananjaya, jauhilah segala yang menjijikan melalui bhakti dan dengan kesadaran seperti itu serahkanlah dirimu kepada Tuhan Yang Mha Esa. Orang yang ingin menikmati hasil pekerjaannya adalah orang pelit.
Bhagavad-gita 8.8
Orang yang bersemadi kepada-Ku sebagai kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dengan pikirannya senantiasa tekun ingat kepada-Ku, dan tidak pernah menyimpang dari jalan itu, dialah yang pasti mencapai kepada-Ku, wahai Partha.
Bhagavad-gita 8.22
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang lebih agung daripada semua kepribadian lainnya, dapat dicapai oleh bhakti yang murni. Walaupun Beliau berada di tempat tinggal-Nya, Beliau berada di mana-mana, dan segala sesuatu berada di dalam Diri-Nya.
Bhagavad-gita 9.22
Tetapi orang yang selalu menyembah-Ku dengan bhakti tanpa tujuan yang lain dan bersemadi pada bentuk rohani-Ku – Aku bawakan apa yang dibutuhkannya, dan Aku memelihara apa yang dimilikinya.
Bhagavad-gita 10.10
Kepada mereka yang senantiasa setia ber-bhakti kepada-Ku dengan cinta kasih, Aku berikan pengertian yang memungkinkan mereka datang kepada-Ku.
Bhagavad-gita 9.34
Berpikirlah tentang-Ku senantiasa, jadilah penyembah-Ku, bersujud kepada-Ku dan menyembah-Ku. Dengan berpikir tentang-Ku sepenuhnya secara khusuk, pasti engkau akan datang kepada-Ku.
Tuhan senang bila engkau menolong dan melayani sesama manusia (pengabdian / dharmabakti). Kitab-kitab suci telah menetapkan 9 jalan bhakti, yaitu :
-    mendengarkan kisah-kisah Tuhan (shravanam)
-    menyanyikan kemuliaan Tuhan (kirtanam)
-    mengingat Nama-Nama Tuhan ( Vishnusmaranam)
-    melayani kaki Tuhan yang suci (padasevanam)
-    pemujaan (archanam)
-    sembah sujud (vandanam)
-    pengabdian (dasyam)
-    persahabatan (sneham)
-    pasrah / penyerahan diri kepada Tuhan sepenuhnya (atmanivedanam)
Akan tetapi, jalan pengabdian (dharmabakti)-lah yang terluhur.
(Sabda Sathya Sai)
———————————————-
Pengorbanan, Yadnya (Karma Yoga)
Ketidakterikatan (tanpa pamrih) dalam hal kedermawanan, kewajiban, pelayanan sosial, melaksanakan pekerjaan sendiri (yang baik) dengan sebaik-baiknya, pertapaan (Upawasa), mengorbankan sift-sifat buruk (mengorbankan sifat-sifat hewani), pengendalian diri dengan tidak mendengarkan, tidak memikirkan, tidak berkata hal-hal buruk, menjaga lingkungan dan alam, tidak menyakiti mahluk lain.
Bhagavad-gita 2.61
Orang yang mengekang dan mengendalikan indria-indria sepenuhnya dan memusatkan kesadarannya sepenuhnya kepada-ku, dikenal sebagai orang yang mempunyai kecerdasan yang mantap.
Bhagavad-gita 3.13
Para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan indria-indria pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja. (Catatan :  Baca mantra sebelum makan, misalnya 1 kali Mantra Gayatri)
Bhagavad-gita 3.19
Karena itu hendaknya seseorang bertindak karena kewajiban tanpa terikat terhadap hasil kegiatan, sebab dengan bekerja tanpa ikatan terhadap hasil seseorang sampai kepada Yang Mahakuasa.
Bhagavad-gita 4.27
Orang lain, yang berminat mencapai keinsafan diri dengan cara mengendalikan pikiran dan indria-indria, mempersembahkan fungsi-fungsi semua indria, dan nafas kehidupan, sebagai persembahan ke dalam api pikiran yang terkendali.
Bhagavad-gita 5.29
Orang yang sadar kepada-Ku sepenuhnya, karena ia mengenal Aku sebagai penerima utama segala korban suci dan pertapaan, Tuhan Yang Maha Esa penguasa semua planet dan dewa, dan penolong yang mengharapkan kesejahteraan semua makhluk hidup, akan mencapai kedamaian dari penderitaan kesengsaraan material.
Bhagavad-gita 16.1
Tidak mencelakakan yang lainnya, kejujuran, jauh dari rasa amarah, penyerahan total hasil dari tindakan-tindakannya, kedamaian, tidak mencari-cari kesalahan, rasa sayang terhadap semua makhluk hidup, kesederhanaan, jauh dari rasa ketidak setiaan.
Bhagavad-gita 17.25
Tanpa menginginkan hasil atau pahala, hendaknya seseorang melakukan berbagai jenis korban suci, pertapaan dan kedermawanan dengan kata ‘tat’ (Om Tat Sat). Tujuan kegiatan rohani tersebut ialah untuk mencapai pembebasan dari ikatan material.
Bhagavad-gita 9.27
Apapun yang engkau lakukan, apapun yang engkau makan, apapun yang engkau persembahkan atau berikan sebagai sumbangan serta pertapaan dan apapun yang engkau lakukan-lakukanlah kegiatan itu sebagai persembahan kepada-Ku, wahai putera Kunti.
Upacara (yadnya) di Bali merupakan bagian dari Bhakti dan pengorbanan tulus iklas, termasuk saat proses membuat sarana.




Perempuan Bali sedang melaksanakan salah satu dari Yadnya
———————————————-
Pengetahuan, Kebijaksanaan (Jnana Yoga)
Akal budi yang berkemampuan membeda-bedakan (Wiweka), akal budi harus dipergunakan untuk membedakan yang terbatas dengan yang tak terbatas, yang asli dan yang palsu, yang sementara dengan yang kekal.
Bhagavad-gita 2.15
Wahai manusia yang paling baik (Arjuna), orang yang tidak goyah karena suka ataupun duka dan mantap dalam kedua keadaan itu pasti memenuhi syarat untuk mencapai pembebasan.
Bhagavad-gita 2.48
Wahai Arjuna, lakukanlah kewajibanmu dengan sikap seimbang, lepaskanlah segala ikatan terhadap sukses maupun kegagalan. Sikap seimbang seperti itu disebut yoga.
Bhagavad-gita 3.42
Indria-indria yang bekerja lebih halus daripada alam yang bersifat mati. Pikiran lebih halus daripada indria-indria; kecerdasan lebih halus lagi daripada pikiran; dan Dia (sang roh ) lebih halus lagi daripada kecerdasan.
Bhagavad-gita 5.9
Walaupun orang yang sadar secara rohani sibuk dapat melihat, mendengar, meraba, mencium, makan, bergerak ke sana ke mari, tidur dan tarik nafas, dia selalu menyadari di dalam hatinya bahwa sesungguhnya dia sama sekali tidak berbuat apa-apa. Ia mengetahui bahwa berbicara, membuang hajat, menerima sesuatu, membuka atau memejamkan mata, ia selalu mengetahui bahwa hanyalah indria-indria material yang sibuk dengan obyek-obyeknya dan bahwa dirinya (Atman) menyisih dari indria-indria material tersebut.
Bhagavad-gita 13.30
Orang yang dapat melihat bahwa segala kegiatan dilaksanakan oleh badan, yang diciptakan oleh alam material, dan melihat bahwa sang diri (Atman) tidak melakukan apa pun, melihat dengan sebenarnya.
Diri Kita Yang Sejati (Roh) berbeda dengan badan material yang boleh dianggap hanya kekosongan / tidak nyata (ingat benda pada akhirnya adalah atom, elektron, proton dst. yang hanya energi tidak kasat mata), badan kita bisa dikatakan sama dengan gambaran orang yang ada di layar televisi atau bioskop, yang hanya pancaran elektron atau sinar, apapun kejadian yang terjadi di dalam layar televisi.. kita mestinya tidak menganggap hal yang nyata/benar ada di layar televisi tersebut.
Karena yang nyata hanya Roh Individual (Atma) dan Brahman (Tuhan), namun Atman pun adalah Brahman, diluar itu yaitu alam, benda, badan adalah energi semata (energi / tenaga eksternal Tuhan).
Alam material dan badan seperti halnya bayangan.. seolah-olah ada tapi sebenarnya tidak nyata.
Jadi karena tubuh orang lain saja tidak nyata apalagi hal-hal yang muncul dari tubuh itu sendiri yaitu pikiran, ego, suara dan gerak, bisa kita anggap tidak ada untuk mengembangkan / melatih ketidakterikatan.

———————————————-
Meditasi (Raja Yoga)
Pada praktek Meditasi Transendental pada dasarnya mengkondisikan fikiran menjadi rileks sehingga mendekati frekuensi alam semesta tetapi harus dalam keadaan “jaga” yaitu duduk dengan badan tegak. Dari penelitian jumlah energi yang diperlukan saat duduk meditasi lebih kecil daripada dalam keadaan berbaring atau tidur.  Saat meditasi pada saat tertentu dicapai nafas yang halus bahkan hampir tanpa nafas yang berarti saat itu kita mengakses energi kosmis (alam semesta /Unity Field) sehingga tubuh dan mental kita mendapat energi positif, memperoleh kesehatan fisik dan mental, mengikis stres, meningkatkan kreatifitas dan kecerdasan / akal budi, menumbuhkan kesabaran,  dll.
Praktek meditasi lain adalah Meditasi Cahaya yang menggunakan cahaya lilin. Penyebaran kasih yang diajarkan didalam Meditasi Cahaya yang secara lambat laun kita diangkat di angkat ke level ke Ilahian bukan egoisme.  Meditasi ini sangat aman dan bisa dipelajari oleh siapapun.
Salah satu inti dari meditasi (dan juga praktek sembahyang yang lain seperti Japa, Bhajan) adalah sibuk dengan Tuhan dan melupakan khayal duniawi.
Bhagavad-gita 6.2
Hendaknya engkau mengetahui bahwa apa yang disebut melepaskan ikatan sama dengan yoga atau mengadakan hubungan antara diri kita dengan Yang Mahakuasa, wahai putera Pandu, sebab seseorang tidak akan pernah dapat menjadi yogi kecuali ia melepaskan keinginan untuk memuaskan indria-indria.
Bhagavad-gita 6.25
Berangsur-angsur, selangkah demi selangkah, seseorang harus mantap dalam semadi dengan menggunakan kecerdasan yang diperkokoh oleh keyakinan penuh, dan dengan demikian pikiran harus dipusatkan hanya kepada sang diri (Atman / Brahman) dan tidak memikirkan sesuatu selain itu.
Bhagavad-gita 6.26
Dari manapun pikiran mengembara karena sifatnya yang berkedip-kedip dan tidak mantap, seseorang dengan pasti harus menarik pikirannya dan membawanya kembali di bawah pengendalian sang diri.
Bhagavad-gita 6.27
Seorang yogi yang pikirannya sudah dipusatkan pada-Ku pasti mencapai kesempurnaan tertinggi kebahagiaan rohani. Dia berada di atas pengaruh sifat nafsu, dia menginsafi persamaan sifat antara dirinya dan Yang Mahakuasa, dan dengan demikian dia di bebaskan dari segala reaksi perbuatan dari dahulu.
———————————————-
Ke-empat Jalan mencapai kepada Yang Maha Kuasa (Yoga) tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan tidak bisa dipisahkan, misalnya seorang praktisi Meditasi  kepada Cahaya Tuhan pada saat yang sama juga sedang melakukan praktek Bhakti  kepada Tuhan. Atau ketenangan fisik dan mental karena meditasi membantu pelaksanaan yoga-yoga yang lain.
Seorang yang ber-Bhakti kepada Tuhan mesti juga menolong dan hormat dengan sesama manusia  dan mahluk hidup lainnya, serta peduli dengan lingkungan tanpa pamrih (Karma).
Tanpa menyiangi rumput di ladang dan menyiapkan tanahnya untuk ditanami, benih yang ditebarkan tidak akan menghasilkan panen yang baik. Demikian pula tanpa menghilangkan rerumputan liar egoisme dari dalam dirimu, segala usaha pengamalan spiritual akan sia-sia. Hal yang penting dipelajari dari Bhakti Yogaialah bahwa engkau jangan hanya mencintai Tuhan, tetapi juga semua makhluk. Memuja Tuhan di satu pihak, tetapi di lain pihak merugikan atau menyakiti makhluk lain, tidak dapat dinamakan pengabdian kepada Tuhan. Hal itu hanya menunjukkan kedunguan seseorang. Orang semacam itu tidak akan pernah maju dalam bidang spiritual.
Jika engkau ingin dekat Tuhan, engkau harus mengembangkan sifat suci cinta kasih. Hanya dengan cinta kasih engkau akan dapat menghayati Tuhan, karena Dia adalah cinta kasih itu sendiri. Jika engkau ingin melihat bulan tidak perlu memakai lilin atau obor. Cahaya bulan itu sendiri sudah cukup untuk melihat bulan. Jika engkau ingin melihat Tuhan, engkau hanya perlu membenamkan dirimu dalam cinta kasih. Penuhilah dirimu dengan kasih, engkau pasti akan mencapai Tuhan.  (-Bhagavan Sri Sathya Sai Baba – ).
———————————————-
Pada bagian lain, pokok-pokok keimanan (kepercayaan) dalam agama Hindudibagi menjadi lima bagian yang disebut dengan Panca Sradha, yaitu percaya adanya Tuhan (Bhagavan, Brahman), percaya adanya Atman (Diri Kita yang Sejati, Roh Individual), percaya adanya Hukum Karma Phala (Sebab Akibat), percaya adanya Punarbhawa (Reinkarnasi/ Samsara) dan percaya adanya Moksa(Kebebasan dari kelahiran dan kematian / Alam Rohani Tuhan / Kebahagiaan tertinggi / Surga Abadi).


Ilustrasi : Badan (Kereta), Roh Individu (Penumpang),
Pengendalian Panca Indria (5 Kuda) oleh Akal Budi/
Kecerdasan (Kusir) melalui fikiran (tali kendali).

Pengertian dan Tujuan Agama Hindu





Pengertian dan Tujuan Agama Hindu


shiva-hindu-god.jpgAgama sebagai pengetahuan kerohanian yang menyangkut soal-soal rohani yang bersifat gaib dan methafisika secara esthimologinya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata “A” dan “gam”.  “a” berarti tidak dan “gam” berarti pergi atau bergerak. Jadi kata agama berarti sesuatu yang tidak pergi atau bergerak dan bersifat langgeng. Menurut Hindu yang dimaksudkan memiliki sifat langgeng (kekal, abadi dan tidak berubah-ubah) hanyalah Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Demikian pula ajaran-ajaran yang diwahyukan-Nya adalah kebenaran abadi yang berlaku selalu, dimana saja dan kapan saja.
Berangkat dari pengertian itulah, maka agama adalah merupakan kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan kehidupan manusia yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi dengan tujuan untuk menuntun manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup yang berupa kebahagiaan yang maha tinggi dan kesucian lahir bathin.
Tujuan agama Hindu yang dirumuskan sejak Weda mulai diwahyukan adalah “Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharma”, yang artinya bahwa agama (dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin. Tujuan ini secara rinci disebutkan di dalam Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan hidup manusia, yakni Dharma, Artha, Kama dam Moksa.
Dharma berarti kebenaran dan kebajikan, yang menuntun umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Artha adalah benda-benda atau materi yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup  manusia. Kama artinya hawa nafsu, keinginan, juga berarti kesenangan sedangkan Moksa berarti kebahagiaan yang tertinggi atau pelepasan.
Di dalam memenuhi segala nafsu dan keinginan harus berdasarkan atas kebajikan dan kebenaran yang dapat menuntun setiap manusia di dalam mencapai kebahagiaan. Karena seringkali manusia menjadi celaka atau sengsara dalam memenuhi nafsu atau kamanya bila tidak berdasarkan atas dharma. Oleh karena itu dharma harus menjadi pengendali dalam memenuhi tuntunan kama atas artha, sebagaimana disyaratkan di dalam Weda (S.S.12) sebagai berikut:

Kamarthau Lipsmanastu
dharmam eweditaccaret,
na hi dhammadapetyarthah
kamo vapi kadacana.

Artinya:
Pada hakekatnya, jika artha dan kama dituntut, maka hendaknyalah dharma dilakukan terlebih dahulu. Tidak dapat disangsikan lagi, pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti. Tidak akan ada artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma.

Jadi dharma mempunyai kedudukan yang paling penting dalam Catur Purusa Artha, karena dharmalah yang menuntun manusia untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Dengan jalan dharma pula manusia dapat mencapai Sorga, sebagaimana pula ditegaskan di dalam Weda (S.S.14), sebagai berikut:

Dharma ewa plawo nanyah
swargam samabhiwanchatam
sa ca naurpwani jastatam jala
dhen paramicchatah
Artinya:
Yang disebut dharma adalah merupakan jalan untuk pergi ke sorga,  sebagai halnya perahu yang merupakan alat bagi saudagar  untuk mengarungi lautan.

Selanjutnya di dalam Cantiparwa disebutkan pula sebagai berikut:

Prabhawar thaya bhutanam
dharma prawacanam krtam
yah syat prabhawacam yuktah
sa dharma iti nicacayah

Artinya:
Segala sesuatu yang bertujuan memberi kesejahteraan dan memelihara semua mahluk, itulah disebut dharma (agama), segala sesuatu yang membawa kesentosaan dunia itulah dharma yang sebenarnya.

Demikian pula Manusamhita merumuskan dharma itu sebagai berikut:
“Weda pramanakah creyah sadhanam dharmah”
Artinya:
Dharma (agama) tercantum didalam ajaran suci Weda, sebagai alat untuk mencapai kesempurnaan hidup, bebasnya roh dari penjelmaan dan manunggal dengan Hyang Widhi Wasa (Brahman).

Weda (S.S. 16) juga menyebutkan :

Yathadityah samudyan wai tamah
sarwwam wyapohati
ewam kalyanamatistam sarwwa
papam wyapohati
Artinya:
Seperti halnya matahari yang terbit melenyapkan gelapnya dunia, demikianlah orang yang melakukan dharma, memusnahkan segala macam dosa.

Demikianlah dharma merupakan dasar dan penuntun manusia di dalam menuju kesempurnaan hidup, ketenangan dan keharmonisan hidup lahir bathin. Orang yang tidak mau menjadikan dharma sebagai jalan hidupnya maka tidak akan mendapatkan kebahagiaan tetapi kesedihanlah yang akan dialaminya. Hanya atas dasar dharmalah manusia akan dapat mencapai kebahagiaan dan kelepasan, lepas dari ikatan duniawi ini dan mencapai Moksa yang merupakan tujuan tertinggi. Demikianlah Catur Purusa Artha itu.[]

Tuntunan Dasar Agama Hindu (milik Departemen Agama)
Disusun oleh: Drs. Anak Agung Gde Oka Netra

Pengertian Agama Hindu

Hindu (bahasa Sansekerta: Dharma Sanātana (abadi), juga dikenal sebagai Dharma Vaidika (Veda)) adalah satu agama atau filsafat yang berasal dari subbenua India dan wilayah sekitarnya yang dekat. Agama ini adalah agama tertua yang diketahui di dunia, dan yang tidak memiliki pendiri, kitab, atau kota suci yang utama .. Kitab pertama agama ini adalah Veda dan dengan bertahan waktu, banyak kitab yang lain juga termuncul.

Istilah Hindu mencakup berbagai aliran pikiran dan aliran, serta upacara-upacara amal yang amat berbeda. Banyak penganut Hindu yang dipengaruhi oleh filsafat Advaita bersembahyang kepada berbagai dewa, dan menganggap dewa-dewi ini sebagai penjelmaan-penjelmaan untuk satu Roh Kosmo monistik yang agung (Brahman), sedangkan banyak penganut yang lain berfokus pada satu konsep mufrad untuk Brahman (Tuhan ), misalnya Vaishnavisme, Saivisme dan Syaktisme.

Hindu adalah agama yang ketiga terbesar di dunia, dengan lebih kurang 900 juta penganut (angka 2005). Kira-kira 890 juta dari jumlah itu tinggal di India 

Dalam Bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta). Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang terkandung dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) - sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para brahmana. Pada zaman munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda. 

Kebanyakan penduduk Bali menerapkan sejenis agama Hindu yang disebut, Agama Hindu atau Hindu Dharma. Agama Hindu di Bali merupakan gabungan unsur-unsur Hindu dan Buddha yang dipadukan dengan kepercayaan asli orang Bali.

Agama Hindu dan Buddha tiba di Bali melalui Pulau Jawa dan juga secara langsung dari negeri India di antara abad ke-8 dan ke-16. Unsur kedua agama tersebut berkembang dan bergabung di Bali. Penggolongan masyarakat ke empat kasta yang dianut masyarakat India juga diterapkan di dalam masyarakat Bali. Masyarakat Bali dibagi menjadi empat kasta: Brahmana, Satriya, Wesya dan Sudra.

Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2296036-pengertian-agama-hindu/##ixzz2eE4F61qL